Uncategorized

Ekspektasi vs Realita

Pada umumnya semua orang hidup dengan membawa harapan. Seseorang yang memiliki harapan akan menjadi lebih optimis menjalani kehidupan ini. Namun apa jadinya jika suatu hari kenyataan itu tidak sesuai harapan atau ekspektasi yang sudah kita bangun dalam pikiran kita. Kecewa? Marah? Stres? Demotivasi? Lantas bagaimana kita sebaiknya menyikapi jika hal ini terjadi?

Islam mengajarkan bahwa memiliki harapan itu baik, asalkan tetap realistis dan disertai usaha. Dalam Surah Al-Insyirah ayat 7, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).” Artinya, kita diperintahkan untuk selalu berusaha. Namun, penting untuk memahami bahwa hasil akhirnya ada di tangan Allah subhanahu wa ta’ala. Konsep ini dikenal sebagai tawakal, yaitu menyerahkan hasil kepada Allah subhanahu wa ta’ala setelah berusaha maksimal.

Dalam psikologi, ada istilah expectation gap, yaitu perbedaan antara harapan dan kenyataan. Jika terlalu besar, perbedaan ini bisa menyebabkan kekecewaan dan ketidakbahagiaan. Islam mengajarkan konsep qadar atau takdir, yang berarti bahwa semua yang terjadi sudah ditetapkan oleh Allah. Dalam Surah Al-Hadid ayat 22-23, disebutkan bahwa segala sesuatu sudah tertulis di Lauh Mahfuzh sebelum terjadi. Ini bukan berarti kita harus pasrah begitu saja, tapi memahami bahwa ada hal-hal yang berada di luar kendali kita.

Dalam psikologi Islam, ada beberapa konsep yang bisa membantu kita menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan. Pertama, Tawakal, yaitu percaya bahwa setelah berusaha, hasilnya kita serahkan kepada Allah. Imam Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin menjelaskan bahwa tawakal sejati adalah keyakinan bahwa Allah-lah yang mengatur segalanya, sementara manusia hanya bisa berusaha. Kedua, Qana’ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang diberikan Allah. Ibnul Qayyim mengatakan bahwa qana’ah adalah kunci kebahagiaan karena membuat kita tidak iri atau kecewa berlebihan. Ketiga, Ikhlas, yaitu menerima segala sesuatu sebagai bagian dari rencana Allah. Ibn Taymiyyah menyebutkan bahwa keikhlasan bisa membuat hati lebih tenang dan tidak mudah kecewa.

Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa jika kita bertawakal dengan sungguh-sungguh, Allah akan mencukupi kebutuhan kita. Beliau bersabda, “Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberi rezeki sebagaimana burung yang pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi). Ini menunjukkan bahwa usaha tetap perlu, tapi kita juga harus yakin bahwa Allah akan memberi yang terbaik.

Agar tidak terlalu kecewa, Islam mengajarkan keseimbangan antara usaha dan tawakal. Jika kita berusaha karena ingin mendapat ridha Allah, maka apa pun hasilnya akan lebih mudah diterima. Rasulullah ﷺ juga mengingatkan kita untuk selalu bersyukur. Dalam hadits, beliau berkata agar kita melihat orang yang berada di bawah kita dalam hal duniawi, supaya kita tidak lupa bersyukur atas nikmat yang sudah kita punya.

Dengan memahami konsep-konsep ini, kita bisa lebih mudah menerima kenyataan tanpa merasa terlalu kecewa atau putus asa. Islam mengajarkan bahwa harapan bukan sesuatu yang salah, tetapi harus diiringi dengan usaha, tawakal, qana’ah, sabar, dan syukur. Jika kita menerapkan semua ini, insyaAllah hati kita akan lebih tenang dalam menghadapi kenyataan, apa pun itu. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk menjalani hidup dengan ikhlas dan tetap berpikir positif kepada Allah. Aamiin.

Dalam hal ini pun penting untuk kita memahami bahwa di dunia ini ada hal-hal yang tidak bisa kendalikan. Artinya semua itu diluar kendali kita sebagai manusia lemah. Jadi dengan kita menyadari hal ini kita dapat mengurangi rasa kekecewaan itu sendiri. Meskipun berat dan butuh beberapa waktu untuk sembuh, yakinlah bahwa semua itu bagian dari usaha kita untuk mendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa ta’ala.

Setelah itu, kita juga tidak perlu berlama-lama larut dalam kekecewaan atas kenyataan yang tidak sesuai ekspektasi. Karena bagaimanapun hidup akan terus berjalan. Dan tetap semangat untuk berada dalam jalan yang Allah subhanahu wa ta’ala ridhoi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *