Obrolan Ringan
Aku mau ceritakan pengalaman aku kerja di bagian redaksi. Yang aku rasakan pas kerja di sana, overall i like. Di sana lingkungan yang aku suka. Orang-orangnya, pekerjaannya, lingkungannya, all positive. Meskipun aku anak bawang, bau kencur apalah itu, aku disambut baik. Baik dalam artian, cara penerimaan, cara penyampaian pekerjaan, sampai cara bersikap sesama karyawan. aku tipe orang yang suka mengobservasi orang. Mengamati bagaimana perilakunya dan cara berpikirnya seseorang.
Masuk kantor hari pertama aku disambut ramah. Ini meja kantornya, dan dikasih tahu fasilitas apa saja yang ada di sana. Sampai-sampai dikasih tahu kalau ada apa-apa aku bisa nanya-nanya ke siapa. Oke. Aku mulai kerja.
Tahulah namanya anak bawang, pasti masih menyesuaikan dulu. Salah-salah itu wajar. Dapat kritik dan saran itu berkali-kali aku terima. Biasanya orang kalau terus-terusan dapat hal seperti itu kadang ada perasaan kesel karena pekerjaan gak lantas langsung diterima. Benerin lagi dan ngulang lagi. Tapi aku gak merasakan seperti itu. Gak merasakan kesel atau semacamnya. Why? Karena aku merasakan enjoy dengan itu semua. Gak merasa beban gimana-gimana. Aku salah juga aku jalani dan perbaiki. Perlahan tapi pasti. Sedikit dan selesai.
Seperti yang aku bilang, enjoy. aku dikritik tapi gak merasa sedang dikritik. aku diberi saran tapi gak merasa sedang dinasehati. aku rasa itu ngalir gitu aja. Setelah aku pikir ada beberapa hal yang akhirnya aku tahu dimana letak ke enjoy an aku.
Ketika pekerjaan aku ada yang belum bener, aku dipanggil. Dikasih tahu salahnya dimana dan apa saja yang musti diperbaiki. Yang aku seneng, kasih tahu kesalahan aku gak di depan orang banyak. Gak dihadapan karyawan lain. Emang sih dulu kantor aku kerja gak luas. Bahkan ruangan pimpinan se ruangan sama karyawannya. Tapi saat aku nerima kritik dibahas dengan bahasa yang santun dan tidak terkesan menggurui. Bahasa yang santun itu menurut aku, nadanya gak judes, dan terpenting tidak menyalahkan pekerjaan yang sudah aku kerjakan.
Iyah, meski pekerjaan aku buanyak banget yg harus diperbaiki, gak ada sedikitpun kesan bahwa pekerjaan aku itu dibilang urak-urakan, gak ada yang bener. Betapa aku terenyuh dengan sikap yang mereka tampilkan. Dengan sabar membimbing anak bawang seperti aku ini. Orang-orang di sana itu menghargai sekecil apapun kerja keras kita. Dari situ aku belajar, aku nanti kalau ada karyawan baru aku akan membimbing dan care. Gak cuek. Basa-basi sedikit. Cari kesamaan kita. Ajak makan bareng. Ajak shalat bareng. Ajak main bareng. Karena itupun yang gue rasain saat jadi anak bawang. Ketika adaptasi di tempat kerja. aku itu merasa benar-benar ada di antara mereka. Betul-betul dianggap. Tidak terbengkalai.
Aku masuk kantor cuma 3 hari dalam seminggu. Itupun gak full dari pagi sampai sore, kayak pekerja pada umumnya. Biasanya aku ke tempat kerja sepulang kuliah, jam 4 sore dan balik ke kosan hampir jam 7 malam. Tapi aku enjoy dengan rutinitas itu.
Ada kegiatan yang bikin adem lagi. Pada waktu tertentu, semua karyawan bertamu ke salah satu rumah karyawan lainnya. Di sana kita makan-makan dan ngobrol santai. “Kita Ini Keluarga”. Ya bener, di antara satu karyawan dengan karyawan lain bukanlah hubungan yang semacem pekerjaan saja. Lebih dari itu, kita ini keluarga. Terasa sekali, bahkan sampai saat ini.
Pernah waktu itu. Namanya juga rutinitas monoton, kadang merasa bosan. Kadang merasa malas kerja, kuliah dan organisasi. Saat aku malas kerja, mungkin aku jadi ngilang-ngilang dengan pekerjaan aku. aku sadar, pas akhir bulan biasanya ada evaluasi, aku ngrasa bersalah. Entah dari mana datangnya, padahal aku gak ditegur. Sama sekali engga. Setelah aku pikir, datangnya dari diri aku sendiri. Setiap bulan itu ada evaluasi, tiap orang akan ditanya satu-satu kenapa kinerja menurun pada bulan itu. Hanya dengan pertanyaan itu, aku akhirnya menemukan jawaban. Dan aku diberikan solusi dari masalah yang aku hadapi pada saat bulan itu agar tidak terjadi di bulan selanjutnya. aku menghela napas panjang. Dan instrospeksi diri. aku sadar. Ah berapa aku rindu masa itu.
Berat sebenarnya harus meninggalkan ketika sudah nyaman. Tapi keadaan mengharuskan merindukan. Dan rindu itu tercipta karena sudah tak ada lagi pertemuan.
Dari ngalor ngidul cerita aku ini ada tiga point yang ingin aku share. Pertama bagaimanapun lebih baik menasehati atau memberikan kritik pada orang lain itu tidak didepan umum. Apalagi sama orang yang baru kita kenal. Meskipun memang ada sebagian orang yang lebih memilih dinasehati blak-blakan tapi mungkin ini bisa sama orang yang memang kita sudah kenal dekat dengan lingkaran tersebut. Kedua kritik atau kasih saran orang itu yang sopan, hargai, tidak terkesan menggurui, menyalahkan bahkan dengan perkataan yang judes. Ketiga ciptakan momen sehat. Tak jarang kalau di lingkungan baru, kayak ada sistem ospek gitu. Walaupun gak terstruktur tapi seolah-olah sudah mendarah daging. Apa sih gunanya. Heran. Gue mungkin pernah. Dan aku gak mau orang lain merasakan kayak aku. Makanya aku nanti kalau ada temen baru di tempat kerja, akan aku rangkul. Karena aku merasakan gimana gak enak nya tidak ada keberanggapan.

