Notes

Covid-19

Malam ini sebenarnya aku tidak ada niatan untuk nulis blog. Ngotak ngatik wifi laptop yang susah connect lebih baik aku lampiaskan untuk menulis. Niatan awal mau mengerjakan sebagian pekerjaan besok. Ngecek tugas anak-anak tadi pagi yang dikirim lewat Google Form. Besok tinggal aku kirim ke mereka, pikirku gampang. Tapi segala sesuatu bisa berubah tidak sesuai rencana.
 
Bagaimana kalau aku buka tulisan yang harus kukerjakan juga. Sudah kubuka lalu hanya kupandangi lama. Jari jemariku berhenti. Engga tahu mau ngetik apa. Akhirnya aku buka dokumen baru. Di sini aku bisa menulis sebagian yang aku pikirkan sekarang. Yang aku pikirkan dan layak untuk aku bagikan.
 
Ngomong-ngomong perkembangan coronavirus atau covid-19 di Indonesia semakin hari semakin bertambah pula. Sudah hampir dua pekan aku engga ikutin berita coronavirus banget. Terkadang sesekali ngecek Ig kemenkes untuk liat kabar terbaru. Engga liat dari portal berita yang lain.
 
Awalnya, aku sering pantengin twitter buat tahu perkembangan coronavirus. Di twitter update banget. Saking updatenya, aku jadi parno. Karena berita-beritanya bikin aku panik.
 
Pantengin berita perkembangan Coronavirus bikin hidup engga tenang dan bikin pala cenat-cenut. Di satu sisi aku pengen update berita, sisi yang lain bikin toxic. Akhirnya aku putuskan buat uninstall twitter. Sementara aku hanya liat berita saat aku mau aja dan itupun dari sumber valid.
 
Saat seperti ini, edukasi ke masyarakat itu penting. Minimal ke keluarga sendiri, yang masih awam tentang hal semacam ini. Itulah salah satu alasanku untuk pulang ke rumah. Minimal ke keluarga edukasi tentang gimana coronavirus ini menyebar dan begitu pentingnya cuci tangan serta social distancing.
 
Coronavirus bukan masalah sepele yang bisa kita anggap biasa-biasa saja. Aku sebagai orang awam, awalnya engga tahu harus gimana saat terjadi wabah seperti ini. Kita punya gadget yang bisa kita manfaatkan untuk cari tahu lebih jauh soal virus ini. Virus ini seperti apa? Gimana cara nyebarnya? Kenapa kita harus begitu aware? Bagaimana cegahnya? Kita harus cari tahu tentunya dari sumber yang valid.
 
Di saat seperti ini juga, beredar komentar-komentar aneh yang bikin pala makin cenat-cenut. Dan komentar aneh itupun aku alamin sendiri. Waktu naik Go-Car aku mendapat slentingan, “Orang shalat Jum’at di masjid kok engga boleh,” “Shalat kan ibadah, malah di larang-larang,” sekejap mendengar komentar begini, yang bisa aku lakuin cuma diem aja. Mending engga usah terusin. Pengen aku tanggepin dengan jawaban skak, tapi tak sampai hati. Dari gaya bicaranya saja sudah tipikel orang yang engga bisa menerima pendapat orang lain, pikirku. Itu baru satu aku temui. Sekarang banyak komentar nyleneh berseliweran.
 
Kadang secara engga langsung buat komentar tanpa pengetahuan yang cukup itu, bikin kita yang mendengar punya penilaian tersendiri tentang orang tersebut. Itulah betapa pentingnya kita menjaga apa yang kita tulis di media sosial dan kita ucapkan sehari-hari. Karena yang kita tulis dan kita ucapkan menunjukkan kepribadian kita.
 
Apa yang bisa kita lakukan sekarang, kita berdo’a saja, semoga pemerintah bisa melaksanakan tugasnya dengan baik dan pandemi ini segera berakhir di seluruh dunia. Daripada membicarakan hal yang tidak perlu. Biarkan mereka melakukan tugas apa yang seharusnya mereka lakukan. Kita pun melakukan tugas apa yang seharusnya bisa kita lakukan sebagai masyarakat. Yaitu menaati himbauan pemerintah, seperti rajin cuci tangan, belajar dan kerja di rumah, social/physical distancing serta pakai masker ketika bepergian.
 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *